Jumat, 16 November 2012

Wasiat Dan Yang Dilarang Agama


WASIAT SETIAP MUSLIM NENURUT AGAMA
Sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ لَيْلَتَيْنِ وَلَهُ شَيْءٌ يُرِيْدُ أَنْ يُوْصَى فِيْهِ إِلاَّ وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوْبَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ، قَالَ ابْنُ عُمَرَ مَا مَرَّتْ عَلَيَّ لَيْلَةٌ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ ذَالِكَ إِلاَّ وَعِنْدِيْ وَصِيَّتِيْ ))
“Tidak layak bagi seorang muslim melewati masa dua malam sedangkan ia mempunyai sesuatu yang mau diwasiatkan kecuali wasiatnya ditulis di dekat kepalanya. Ibnu Umar berkata, ‘Saya tidak melewati satu malam sejak Rasulullah bersabda demikian, kecuali wasiatku ada di dekatku’.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Wasiat itu seperti:
1.    Saya berwasiat sebesar… untuk membiayai sanak saudara, kerabat, tetangga dan lain-lain yang miskin (yang diwasiatkan tidak lebih 1/3 dari seluruh harta dan tidak untuk salah seorang ahli waris).
2.   Ketika saya sakit, hendaklah ada orang-orang shalih mendatangiku dan mengingatkan agar aku senantiasa ber-sangka baik terhadapAllah Subhanahu wa Ta'ala.
3.   Sebelum mati, bukan sesudahnya, hendaknya saya di-tuntun membaca kalimah tauhid: laa ilaaha illallah. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam :
(( لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ اِلَـهَ إِلاَّ اللهُ ))
        “Tuntunlah saudaramu yang akan mati dengan kalimah laa ilaaha illallah.” (HR. Muslim).
        Sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam juga:
(( مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ اِلَـهَ إِلاَّ اللهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ))
        “Siapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallah, niscaya masuk Surga.” (HR. Al-Hakim).
4.     Setelah mati, orang-orang yang hadir agar mendo’akan bagiku demikian:
(( اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ وَارْحَمْهُ ))
        “Ya Allah, ampunilah dia dan naikkanlah pangkatnya dan berilah ia rahmat.”
5.    Mencarikan orang untuk menyampaikan berita kematian kepada sanak famili dan orang lain, walaupun hanya lewat telepon. Bagi imam masjid hendaknya memberitahu-kan hal itu kepada para jamaah, agar memintakan ampunan bagi si mayit.
6.     Segera melunasi utang. Sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ))
“Jiwa seorang muslim itu menggantung disebabkan utangnya sehingga utang itu dilunasi.” (HR. Ahmad).
Bagi muslim yang sadar, ia akan melunasi utangnya selagi hidup karena khawatir urusannya menjadi terlantar.
7.  Diam ketika jenazah diiringkan dan memperbanyak orang yang menyalatkannya dengan ikhlas serta mendo’akannya.
8.     Setelah dikebumikan hendaknya dido’akan kembali sam-bil berdiri, karena Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam melakukan demikian sambil bersabda:
(( إِسْتَغْفِرُوْا لأَخِيْكُمْ وَاسْأَلُوْا لَهُ التَّثْبِيْتَ فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأُلُ ))
“Mohonlah ampunan dan keteguhan untuk saudaramu, karena sekarang ia sedang ditanya.” (HR. Al-Hakim).
9.     Berta’ziyah (menghibur) keluarga yang tertimpa musi-bah, sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( اِنَّ لِلَّـهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وُكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ ))
“Apa yang diambil Allah dan apa yang diberikanNya itu adalah milikNya. Segala sesuatu telah ditentukan batas waktunya. Hendaknya kamu bersabar dan rela terhadap apa yang telah menjadi ketentuanNya (takdirNya) dengan mengharap pahala daripadaNya.” (HR. Al-Bukhari).
Ta’ziyah tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kapan dan di mana saja dapat dilakukan. Orang yang mendapat kunjungan ta’ziyah hendaknya mengucapkan:
(( اِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ: اَللَّهُمَّ أْجُرْ نِيْ فِى مُصِيْبَتِى وَاخْلُفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا ))
“Kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala (sebagai balasan kesa-baranku) dalam musibahku ini dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”
10.   Bagi keluarga dekat, tetangga dan handai taulan dari yang tertimpa musibah hendaknya membuatkan ma-kanan untuk keluarga duka tersebut. Sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( اِصْنَعُوْا لآلِ جَعْفَرَ طَعَامًا فَقَدْ اَتَا هُمْ مَا يُشْغِلُهُمْ ))
“Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far karena mereka sedang kedatangan sesuatu yang menyibukkan.(HR. Abu Daud).

HAL-HAL YANG DILARANG MENURUT AGAMA
1.     Mengkhususkan sebagian harta untuk salah seorang ahli waris, sabda Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam:
(( لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ ))
        “Tidak sah wasiat untuk ahli waris.” (HR. Daruqutni).
2.    Menangisi orang mati dengan keras, meratapinya, me-nampar pipi, menyobek pakaian dan berpakaian hitam, kare-na Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
(( الْمَيِّتُ يُعَذِّبُ فِى قَبْرِهِ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ (إِذَا أَوْصَاهُمْ) ))
“Orang mati itu disiksa di kuburnya karena diratapi (jika ia berwasiat) demikian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
3.   Mengumumkan berita kematian di tempat adzan, di surat kabar, atau memberikan karangan bunga, karena semua itu termasuk bid’ah, menyia-nyiakan harta serta menyerupai tingkah laku orang-orang musyrik dan non muslim. Nabi bersabda:
(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))
“Barangsiapa menyerupai suatu golongan maka ia ter-masuk golongan itu.” (HR. Abu Daud).
4.    Datangnya para kyai di rumah orang meninggal dunia untuk membaca Al-Qur’an. Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
(( اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ وَاعْمَلُوْابِهِ وَلاَ تَأْكُلُوْ بِهِ وَلاَ تَسْتَكْثِرُوْا بِهِ
(مِنْ مَتَاعِ الدُّنْيَا) ))
“Bacalah Al-Quran dan amalkanlah, janganlah Al-Qur’an itu kamu jadikan pencaharian dan jangan mem-perbanyak harta dunia dengannya.” (HR. Ahman, shahih).
Haram hukumnya memberi atau menerima sejumlah uang sebagai bayaran atas bacaan Al-Qur’an.
Apabila kita memberikan uang itu kepada orang fakir maka pahalanya sampai kepada orang yang sudah meninggal dan bermanfaat baginya.
5.    Tidak boleh membuat makanan atau berkumpul untuk ta’ziyah baik di rumah, di masjid atau tempat lainnya. Jarir  berkata:
(( كُنَّا نَرَى اْلإِجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيْعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ لِغَيْرِهِمْ مِنَ النِّيَاحَةِ (الْمُحَرَّمَةِ) ))
“Kita berpendapat bahwa kumpul-kumpul ke keluarga orang mati dan membuat makanan untuk disajikan kepa-da para tamu setelah dikuburkannya mayat (hukumnya) termasuk meratapi mayat.” (HR. Ahmad).
Hukum tidak bolehnya berkumpul mengadakan ta’ziyah tersebut telah ditegaskan Imam Syafi’i dan Imam An-Nawa-wi dalam kitabnya “Al-Adzkar” Bab Ta’ziyah. Sebagaimana Ibnu Abidin yang bermadzhab Hanafi menegaskan, tidak boleh bagi keluarga orang yang mati menghidangkan jamu-an. Karena menurut agama, jamuan itu diadakan dalam situasi gembira, bukan dalam keadaan duka. Dalam kitab “Al-Bazzaziyah” –pengikut Hanafi– disebutkan, membuat makanan pada hari pertama dan ketiga dan setelah satu minggu humumnya tidak boleh. Begitu pula membawa ma-kanan ke kuburan pada hari besar, membuat undangan untuk membaca Al-Qur’an, mengumpulkan orang-orang shalih dan ahli baca Al-Qur’an untuk mengadakan khataman Qur’an, semua itu hukumnya tidak boleh.
6.    Tidak boleh membaca Al-Qur’an, membaca Maulid dan dzikir di atas kuburan, karena Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya tidak pernah mengerjakannya.
7.     Membuat gundukan tanah, membentangkan batu dan lain-lain di atas kuburan, meminyaki dan membuat tulisan di atasnya, semua hukumnya haram. Dalilnya adalah:
(( نَهَى النَّبِيُّ اَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ وَأَنْ يُكْتَبْ عَلَيْهِ ))
        “Rasulullah melarang kuburan dikapur, dibangun atau ditulisi.” (HR. Muslim).
Cukup dengan meletakkan batu setinggi sejengkal, se-hingga kuburan itu dapat dikenal orang, sebagaimana dilaku-kan Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam ketika meletakkan batu di atas kuburan Utsman bin Mazh’un. Ketika itu beliau bersabda:
        “Aku memberi tanda atas kuburan saudaraku.” (HR. Abu Daud, hasan).
        Dalam wasiat, hendaklah ditulis:
        -  Yang Memberi Wasiat
        -  Yang Melaksanakan Wasiat
        -  Saksi Pertama
        -  Saksi Kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda :