Minggu, 18 November 2012

Kategori Risalah : Anak (1)



Agar Buah Hati Menjadi Penyejuk Hati
 
Selasa, 25 September 2012 23:26:33 WIB

Syaikh `Abdurrahmân as-Sa'di berkata: "Memelihara diri dari api neraka adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya, serta bertaubat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak dari api neraka adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka syariat Islam, serta memaksa mereka untuk melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka seorang hamba tidak akan selamat dari siksaan neraka kecuali jika dia sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah Azza wa Jalla(dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang dibawah kekuasaan dan tanggung jawabnya". Dalam sebuah hadits yang shahîh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang Hasan bin 'Ali Radhiyallahu anhuma memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasan Radhiyallahu anhuma masih kecil, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Hekh…hekh" agar Hasan membuang kurma tersebut, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa kita (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keturunannya) tidak boleh memakan sedekah?".

 

Perhatian Syariat Islam Terhadap Janin

Kamis, 13 September 2012 23:15:53 WIB

'Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu pernah ditanya mengenai hak seorang anak atas ayahnya. Beliau menjawab: "Yaitu memilih ibu terbaik, menamainya dengan nama yang baik dan mengajarinya al-Qur`an". Abul Aswad ad-Duali rahimahullah pernah berkata kepada anak-anaknya: "Aku telah berbuat baik kepada kalian saat masih kanak-kanak dan dewasa serta sebelum kalian terlahirkan". Mereka bertanya-tanya: "Bagaimana ayah berbuat baik kepada kami sebelum kami dilahirkan?". Ia menjawab: "Aku pilihkan kalian ibu yang tidak akan menjadi celaan bagi kalian" Seorang anak selain membutuhkan seorang ibu yang shalihah, ia juga membutuhkan keberadaan bapak yang shalih yang memberikan perhatian kepada ibu dan anaknya. Di sinilah letak kewajiban keluarga dan wali wanita. Mereka hendaknya tidak menikahkan putrinya dengan lelaki mana saja yang maju meminangnya. Harus dipastikan kebaikan budi pekerti si pria dan agamanya, terutama di masa sekarang yang penuh dengan fitnah dan pemikiran yang menyeleweng. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Jika datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhai agama dan akhaknya, maka nikahkanlah. Jika tidak, akan terjadi fitnah di dunia dan kerusakan yang besar".Al-Mubârakfuri rahimahullah menjelaskan: “Bahaya itu akan terjadi karena kalian tidak akan menikahkannya kecuali dengan lelaki berharta atau berstatus sosial tinggi. Sehingga kemungkinan akan banyak kaum wanita hidup tanpa suami dan kaum lelaki hidup tanpa istri.

 

Status Anak Zina

Kamis, 6 September 2012 23:29:45 WIB

Bolehkan lelaki tersebut menikahi anak hasil perbuatan zinanya? Permasalahan ini pernah ditanyakan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dan beliau menjawab : Menurut mayoritas ulama besar kaum muslimin, ia tidak boleh menikahinya sampai-sampai imam Ahmad rahimahullah mengingkari adanya perbedaan pendapat dalam hal ini dikalangan salaf. Beliau rahimahullah mengatakan : “Siapa yang berbuat demikian (menikahi anak hasil perbuatan zinanya-red) maka dihukum bunuh. Disampaikan kepada beliau rahimahullah sebuah pendapat dari imam Mâlik bahwa beliau membolehkannya, maka imam Ahmad rahimahullah mendustakan penukilan dari imam Mâlik rahimahullah tersebut. Pengharaman hal ini adalah pendapat Abu Hanifah rahimahullah dan pengikutnya, Ahmad rahimahullah dan pengikutnya, Mâlik dan mayoritas pengikutnya dan juga merupakan pendapat banyak pengikut madzhab Syafi’i. Beliau rahimahullah juga mengingkari berita bahwa imam Syafi’i berpendapat yang berbeda dengan ini. Para ulama mengatakan : “Imam Syafi’i hanya mengatakan anak perempuan dari susuan bukan anak hasil perbuatan zina. Ibnu Taimiyah rahimahullah juga ditanya tentang seorang yang menzinahi seorang wanita, lalu lelaki tersebut meninggal dunia. Apakah anak dari lelaki yang berzina tersebut diperbolehkan menikahi wanita yang dizinai ayahnya?


Jauhi Nama-Nama Orang Kafir Bagi Buah Hati Anda
Kamis, 23 Agustus 2012 23:32:08 WIB

Meski hanya sebuah nama, namun nama-nama itu sangat jelas berpengaruh bagi umat Islam itu sendiri. Ketika nama-nama orang-orang kafir mendominasi, ini berarti lebih mengutamakan nama-nama orang-orang yang tidak beriman. Yang secara tidak langsung, itu menjadi pertanda kelemahan dan rasa rendah diri. Realita ini dapat diketahui dari kebiasaan tabiat manusia, ia akan takjub kepada orang-orang yang berhasil memegang tongkat kemenangan. Akibat yang kemudian timbul, ialah jati diri sebagai seorang muslim akhirnya bisa pudar. Padahal, seorang yang beriman dituntut untuk bangga dengan keimanan dan keislamannya di hadapan orang kafir. Dengan demikian, apabila kaum Muslimin lebih memilih nama-nama orang-orang kafir, maka sesungguhnya, sadar atau tidak telah mengelu-elukan dan menyanjung mereka. Maka harus disadari, bahwasanya pemilihan nama orang-orang Barat bagi anak, hanya akan menimbulkan dampak buruk. Apabila pemilihan nama dilandasi karena hawa nafsu belaka dan kelalaian, maka ia termasuk dalam kategori perbuatan maksiat yang besar dan berdosa. Jika pemilihan nama-nama itu diyakini lebih baik daripada nama-nama kaum muslimin, berarti ia telah terjerumus dalam bahaya besar, yang bisa menggoyahkan keimanan seseorang. Dua keadaan ini, wajib disikapi dengan bertaubat.


Buah Hati, Antara Perhiasan Dan Ujian Keimanan
Jumat, 8 April 2011 22:19:58 WIB

Allah Azza wa Jalla berfirman : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan RasulNya, dan juga janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu padahal kamu mengetahui. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar". Berkenaan dengan firman Allah Azza wa Jalla di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata,”Allah Ta’ala memerintahkan para hambaNya yang beriman, agar mereka menunaikan amanah yang diembankan kepada mereka, baik berupa perintah-perintahNya maupun larangan-laranganNya. Sesungguhnya amanah adalah hal yang pernah Allah tawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Kemudian dipikullah amanat tersebut oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh. Maka barangsiapa yang menunaikan amanah tersebut, ia berhak meraih pahala dan ganjaran dari Allah. Adapun orang yang menyia-nyiakan amanah tersebut, ia berhak mendapat siksa yang pedih, dan ia menjadi orang yang berkhianat terhadap Allah dan RasulNya serta amanahNya.


Bagaimana Mencintai Buah Hati Anda?
Kamis, 17 Maret 2011 22:41:27 WIB

Cinta kepada buah hati adalah fitrah manusia yang dibenarkan syari’at. Orang tua sewajibnya menempatkan cinta dan kasih sayangnya kepada anak secara benar. Sebab anak adalah amanah bagi orang tua. Mengekspresikan cinta kepada anak melalui didikan dan arahan yang benar, sebagai tindakan bijaksana dari orang tua yang betul-betul memahami hakikat cinta kepada anak. Membimbingnya agar tumbuh menjadi generasi yang lurus dan tangguh, mampu mengemban tugas-tugasnya sebagai hamba Allah dan sebagai bagian dari masyarakat. Sehingga mustahil dapat membimbing mereka dengan arahan dan didikan yang benar, jika kita tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Di sisi lain, tidak sedikit orang tua yang keliru mengejewantahkan rasa cinta dan kasih sayangnya sehingga justru melahirkan sikap manja, pengecut dan sederet sikap tercela lainnya pada anak. Hingga membuahkan petaka dan penyesalan di penghujungnya. Lalu bagaimanakah wujud cinta kita yang benar kepada anak? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah teladan agung yang telah memberikan contoh kepada kita. Beliau adalah orang yang begitu besar rasa kasih sayangnya terhadap anak-anak. Sejarah hidup Beliau telah menorehkan kumpulan petunjuk, bagaimana mewujudkan rasa cinta kepada anak, bagaimana mencurahkan cinta kepada anak secara seimbang dan proporsional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda :